Selasa, 27 September 2011

few simple things that can make u happier. *maybe*

*kadang ketidak tahuan dapat jauh lebih baik untuk hidup kita. tapi ini sangat kontekstual.

*rasa penasaran tidak selalu harus diikuti. ini kembali ke insting --> kalau kamu punya feeling akan kecewa bila mengikuti rasa penasaranmu, then hear ur inner voice :) . kamu merasa bahagia dengan hidupmu itu sudah cukup dibanding harus bertaruh dengan rasa penasaran yang akan berbuah pahit. cihh! :(

*semakin banyak rasa sayang yang kita curahkan belum tentu semakin banyak pula sayang yang kita dapatkan (saat itu). tapi believe it or not, someday itu semua akan terbayarkan :)

*sebuah film, lagu, atau gambar dapat membawa kita ke perasaan senang atau sedih. jadi biasakan diri untuk yang terbaik saja. good songs, great movies, and beautiful pictures.

*rasa iri hati dan dengki itu sangat sangat manusiawi. tapi ini semua kembali ke "kita waras apa nggak?". kalau kita waras, kita pasti tahu kualitas diri kita dan memaksimalkannya. nggak perlu bersusah hati nangis bombay gundah gulana karena kita pikir seseorang mendapatkan segalanya dan kita tidak :D

*jadilah peka. karena selalu ada seseorang diluar sana yang menginginkan apa yang menjadi kepunyaan kita. :)

*sadari apa dan siapa yang selalu ada untuk kita dan jangan buang kesempatan untuk mengekspresikan rasa terima kasih dan cinta kita. karena nggak ada yang tau kapan semua itu diambil begitu saja dari kita kan?

*beberapa orang terlahir dengan perasaan yang sangat intuitif dan peka sehingga kadang mempengaruhi kesehatan pribadi. dan saya cukup dengan senyum di bibir untuk mengakui bahwa saya merupakan salah satu orang tersebut :)

CHEERS and HVE A VERY BLESSED DAY! :D


(reposted from my notes on facebook)

Jumat, 02 September 2011

homeless

selama 21 (menjelang 22) tahun hidup, baru pertama kalinya saya ngerasa nggak punya rumah.
iya, rumah : tempat untuk pulang, untuk kembali, untuk berkumpul dengan manusia manusia sedarah dengan saya.

emangnya rumah yang biasanya kenafa?

rumah yang biasa kami tempati sekeluarga sudah kehilangan para tuan dan nyonya nya seiring semakin bertambahnya usia. kakak menikah dan berkeluarga, ia pindah ke rumah lain di kota yang lain pula. saya pun begitu, merantau dan menetap seorang diri di kota orang. sedangkan abang? saya bahkan nggak mau bahas dirinya lagi. pada akhirnya hanya ada mama yang menunggui rumah itu. kala itu, saya masih bisa pulang ke rumah.

beberapa tahun kemudian keluarga kami mengalami sebuah masalah yang berkaitan dengan finansial. rumah pun terpaksa disewakan ke orang lain dan mama menetap dengan keluarga kecil kakak di pedalaman kalimantan utara. saya sedih dan terpuruk tetapi berpura pura tegar untuk sekedar menunjukkan kepada mama dan kakak bahwa masalah kami akan selesai.

sampai saat ini, kalau boleh jujur saya masih selalu terpuruk saat memikirkan betapa rumah yang menjadi tempat kami berkumpul bahkan sedari saya belum ada di dunia ini sekarang ditinggali oleh orang orang lain demi sedikit uang sewa yang setidaknya bisa meringankan masalah yang kami hadapi. lebih sedih lagi ketika menyadari bahwa saat ini kami sekeluarga tinggal berjauh-jauhan karenanya.
mama dan kakak di tanjung selor, gerry dan keshya di balikpapan, saya di jogjakarta.

jangan lagi tanyakan betapa merindunya saya untuk berkumpul bersama keluarga saya (mama, kakak, abang, pnakan ponakan saya) di ruang keluarga, bercanda dan saling menjahili. apa yang terjadi sebenarnya pada keluarga saya? rumah yang disewakan, tinggal terpisah pisah, saya yang memutuskan untuk tidak lagi bertegur sapa dengan abang. saya merasa overload, saya merasa tidak lagi waras, tidak lagi normal.

ketika kemarin harus mengisi alamat rumah di surat KHS (kartu hasil studi) untuk dikirimkan ke orang tua/wali, ada air mata menggenang di pelupuk mata saya, susah payah saya tahankan agar tidak jatuh.
"alamat rumah? apa yang harus saya isikan disini?"
seperti ada sebuah gada besar dan invisible yang menghantam dada saya, disaat itulah saya merasa homeless.