Sabtu, 02 Februari 2013

Senin, 28 November 2011

kepada jiwa jiwa yang telah berpulang

"I'm not afraid of death because I don't believe in it. It just getting out of one car and into another"
-John Lennon-

Hidup itu sekotak coklat, makanya ketika dapat kabar kalau Axel kecelakaan motor aku nggak kaget yang berlebihan. Sekotak coklat milikku mungkin sedikit lebih pahit bulan ini, karena beberapa jam setelah mendapat kabar tersebut Axel telah meninggalkan dunia dan semua yang mencintainya.
Aku makan coklat pahit tersebut sambil menangis, sengaja tidak aku tahan karena ini bukan kehilangan biasa. Tuhan pasti mengerti. Tuhan pasti kasih ijin. Itu kali pertama aku menangis mendapatkan coklat pahit di bulan November ini.
Kali kedua aku menangis, bukan karena mendapatkan sebuah coklat pahit lagi melainkan karena bekas coklat yang kemarin aku makan masih terasa getirnya di lidahku. Ya, aku menangis karena nggak bisa mengantar kepergian Axel ke tempat peristirahatan terakhirnya di dunia. Axel yang sudah aku kenal sedari ia masih sangat kecil. Axel yang seringkali aku ejek, aku ajak bermain PS, yang aku bagi kedua orang tuaku seperti ia yang membagi kedua orang tuanya untukku. Tuhan, coklat itu sungguh pahit.
Kali ketiga di bulan November aku menangis, bukan karena coklat pahit di bulan ini melainkan karena coklat pahit yag aku terima dan makan 6 tahun lalu. Sungguh aku saat ini belum bisa melupakan rasanya, malah ditambah dengan coklat pahit di bulan ini. Aku kangen melihat pusara bapak. Aku sangat kangen saat ini. Tuhan, seandainya ia masih bersama dengan kami di dunia, kira kira beban yang aku rasakan saat ini apakah akan terasa lebih ringan? Tuhan aku kangen bapak dan Axel.
Aku tau aku nggak punya hak untuk mempertanyakan "kenapa mereka meninggalkan kami terlalu cepat?" karena waktu kami tidak sama dengan waktu Tuhan. Karena pasti pada saat Tuhan merengkuh mereka kedalam pangkuannya adalah waktu yang tepat bagi-Nya.
Maka kali ini aku coba mengimani bahwa yang terbaring di dalam tanah hanyalah jasad mereka, sedangkan jiwa mereka selalu ada. Dimana ada angin yang berhembus di sekitar kita, disitulah mereka berada. Dimana ada tawa maupun air mata kita, disitulah mereka ada. Dimana hati kita terasa begitu hangat tanpa suatu sebab, disitulah mereka mencoba memeluk kita.

I miss you so much!

Minggu, 20 November 2011

Manusia

-Flowers are restful to look at. They have neither emotions nor conflicts-
(Sigmund Freud)

"Mereka bilang manusia itu makhluk diatas segala makhluk. Paling mulia, bermartabat, berpendidikan, cerdas, dan kompleks. Mereka juga yang bilang manusia itu makhluk sosial, saling membutuhkan, memiliki kemampuan untuk bersimpati dan empati."
 
Kalimat ini sudah dijejalkan kedalam memori saya sedari kecil, melalui orang tua, guru guru di sekolah, sampai pemuka agama di gereja. Ketika itu saya, si gadis cilik masih polos, tidak skeptis dan membuka diri seluas luasnya atas pengetahuan baru. Saya mengaminkan kalimat tersebut.
 
21 tahun usia kehidupan amat sangat cukup untuk membongkar paksa makna harafiah yang sebenarnya dari kalimat tersebut. Ketika sudah banyak merasakan kepahitan, terlalu banyak pengkhianatan, kemunafikan berserakan disana sini, serta cacian yang sudah seperti sarapan pagi setiap harinya.
 
Pada akhirnya saya mencoba mencari arti sesungguhnya kalimat tersebut. Berbekal ke-skeptis-an yang saya miliki, ada beberapa poin yang saya petik:
 
 1. Manusia makhluk diatas segala makhluk.
Dari pelajaran agama yang saya dapatkan sejak dulu saya percaya bahwa manusia dibuat berdasarkan gambaran Allah. artinya manusia memiliki raga yang serupa dengan perwujudan Allah. Rupa rupanya manusia mengimani dan mengamini hal ini dengan sangat antusias dan sepenuh hati. Manusia bertingkah seperti dewa, tuhan, atau apapun itu yang berkuasa. Manusia menempatkan dirinya seakan akan penguasa alam semesta. Manusia memperlakukan alam bukan lagi sebagai kawan melainkan sebagai budak.
2. Manusia makhluk sosial.
Tidak ada yang salah dari kalimat ini. Manusia memang makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia butuh manusia-manusia lain untuk menyanjungnya, memuji muji dan mengagungkannya.

3. Manusia makhluk yang cerdas.
Terlalu cerdas dan terlalu imajinatif yang pada akhirnya malahan menjadi ambisius. for real example : Adolf Hitler.

Saya sudah hampir habis kesabaran menghadapi manusia manusia lain di setiap harinya didalam kehidupan saya. Saya muak dengan banyaknya kemunafikan yang ada. Saya terlalu lelah untuk berurusan dengan drama setiap harinya. Saya lemas karena merenungi hal hal ini di subuh hari untuk mendapati bahwa pada akhirnya saya adalah manusia yang sarat akan hal hal yang saya tulis disini. :(
 


Selasa, 27 September 2011

few simple things that can make u happier. *maybe*

*kadang ketidak tahuan dapat jauh lebih baik untuk hidup kita. tapi ini sangat kontekstual.

*rasa penasaran tidak selalu harus diikuti. ini kembali ke insting --> kalau kamu punya feeling akan kecewa bila mengikuti rasa penasaranmu, then hear ur inner voice :) . kamu merasa bahagia dengan hidupmu itu sudah cukup dibanding harus bertaruh dengan rasa penasaran yang akan berbuah pahit. cihh! :(

*semakin banyak rasa sayang yang kita curahkan belum tentu semakin banyak pula sayang yang kita dapatkan (saat itu). tapi believe it or not, someday itu semua akan terbayarkan :)

*sebuah film, lagu, atau gambar dapat membawa kita ke perasaan senang atau sedih. jadi biasakan diri untuk yang terbaik saja. good songs, great movies, and beautiful pictures.

*rasa iri hati dan dengki itu sangat sangat manusiawi. tapi ini semua kembali ke "kita waras apa nggak?". kalau kita waras, kita pasti tahu kualitas diri kita dan memaksimalkannya. nggak perlu bersusah hati nangis bombay gundah gulana karena kita pikir seseorang mendapatkan segalanya dan kita tidak :D

*jadilah peka. karena selalu ada seseorang diluar sana yang menginginkan apa yang menjadi kepunyaan kita. :)

*sadari apa dan siapa yang selalu ada untuk kita dan jangan buang kesempatan untuk mengekspresikan rasa terima kasih dan cinta kita. karena nggak ada yang tau kapan semua itu diambil begitu saja dari kita kan?

*beberapa orang terlahir dengan perasaan yang sangat intuitif dan peka sehingga kadang mempengaruhi kesehatan pribadi. dan saya cukup dengan senyum di bibir untuk mengakui bahwa saya merupakan salah satu orang tersebut :)

CHEERS and HVE A VERY BLESSED DAY! :D


(reposted from my notes on facebook)

Jumat, 02 September 2011

homeless

selama 21 (menjelang 22) tahun hidup, baru pertama kalinya saya ngerasa nggak punya rumah.
iya, rumah : tempat untuk pulang, untuk kembali, untuk berkumpul dengan manusia manusia sedarah dengan saya.

emangnya rumah yang biasanya kenafa?

rumah yang biasa kami tempati sekeluarga sudah kehilangan para tuan dan nyonya nya seiring semakin bertambahnya usia. kakak menikah dan berkeluarga, ia pindah ke rumah lain di kota yang lain pula. saya pun begitu, merantau dan menetap seorang diri di kota orang. sedangkan abang? saya bahkan nggak mau bahas dirinya lagi. pada akhirnya hanya ada mama yang menunggui rumah itu. kala itu, saya masih bisa pulang ke rumah.

beberapa tahun kemudian keluarga kami mengalami sebuah masalah yang berkaitan dengan finansial. rumah pun terpaksa disewakan ke orang lain dan mama menetap dengan keluarga kecil kakak di pedalaman kalimantan utara. saya sedih dan terpuruk tetapi berpura pura tegar untuk sekedar menunjukkan kepada mama dan kakak bahwa masalah kami akan selesai.

sampai saat ini, kalau boleh jujur saya masih selalu terpuruk saat memikirkan betapa rumah yang menjadi tempat kami berkumpul bahkan sedari saya belum ada di dunia ini sekarang ditinggali oleh orang orang lain demi sedikit uang sewa yang setidaknya bisa meringankan masalah yang kami hadapi. lebih sedih lagi ketika menyadari bahwa saat ini kami sekeluarga tinggal berjauh-jauhan karenanya.
mama dan kakak di tanjung selor, gerry dan keshya di balikpapan, saya di jogjakarta.

jangan lagi tanyakan betapa merindunya saya untuk berkumpul bersama keluarga saya (mama, kakak, abang, pnakan ponakan saya) di ruang keluarga, bercanda dan saling menjahili. apa yang terjadi sebenarnya pada keluarga saya? rumah yang disewakan, tinggal terpisah pisah, saya yang memutuskan untuk tidak lagi bertegur sapa dengan abang. saya merasa overload, saya merasa tidak lagi waras, tidak lagi normal.

ketika kemarin harus mengisi alamat rumah di surat KHS (kartu hasil studi) untuk dikirimkan ke orang tua/wali, ada air mata menggenang di pelupuk mata saya, susah payah saya tahankan agar tidak jatuh.
"alamat rumah? apa yang harus saya isikan disini?"
seperti ada sebuah gada besar dan invisible yang menghantam dada saya, disaat itulah saya merasa homeless.

Rabu, 24 Agustus 2011

how to treat a girl (nicely) at the first met

hola..

so, what's new? uhm..it's about a month since i learn spanish. interesting language. so sexy and..i don't know, Pitbul sounds so smokin' hot with his accent and i guess i'm kinda tryin' to get that kinda accent :D
lol. yeah, i know :|

ok, so here's the story that related to the title.

i just met this guys (temennya temen kampus saya), and after a couple of hours chattin' one of them ask me to pay for their parking tix. how cool is that? -_____-"
aneh. baru kenal kok udah berani minta seorang cewek yang baru dikenal buat bayarin tiket parkir mereka.
so, i ask my college friend. and she said : "mereka emang gitu kok, no wonder nggak punya cewek..they don't know how to treat a girl properly" . and we started laughing.

yea, i mean..
those little things that maybe many boys don't notice are actually can make us really "ilfil"
1. disaat pertama kali kenalan sama cewek, cowok nggak bisa MINTA BAYARIN APAPUN ke cewek. lakukan itu dan saya yakin cewek (yang diminta buat bayarin) turn off sama kamu.
2. jangan sekali kali menguasai topik pembicaraan yang mostly isinya fokus tentang kamu. seriously, kalo di pertemuan pertama aja udah begitu "bocor", saya nggak yakin akan ada pertemuan kedua, ketiga, dst.
3. cowok nggak bisa tengak tengok ke cewek lain dan ngasal komen "gila, cantik banget!" "seksi euy.." saat sedang bersama dengan cewek yang baru saja dia ajak kenalan. ya tapi kalo emang sengaja bikin si cewek ilfil mah silahkeun.
4. cowok nggak boleh keliatan jorok waktu pertama kali kenalan sama cewek.

yah itu menurut saya. mungkin di beberapa poin banyak cewek yang nggak setuju, but then again..this is my blog which (the last time i checked) it belongs to me, which again i can tells my opinion about anything i want or like :)
and i think poin poin diatas berlaku juga buat cewek. except, the first point. cewek emang kodratnya dinafkahi..HUAHAHAHA! that is the main reason i love being a girl :D

Rabu, 15 Juni 2011

EX!

a break up.
and this is not the first time.

saya masih suka overlapping dengan kebiasaan saya nge-handle a guy who used to be my boyfriend for about..almost 3 years..sekarang judulnya udah mantan tapi tetep ajah nggak jelas. :c
i mean if he wants me he will fight for me..with no doubt..
selama 3 tahun bersama banyak banget insight yang masuk ke dalam diri saya. pemikiran pemikiran naif berganti menjadi rasional.
dulu saya dengan gagah perkasa mendeklarasikan ke diri sendiri bahwa saya cinta mati sama ini orang. saya nggak bakal bisa jatuh hati ke pria lain. saya nggak akan main hati, nggak akan selingkuh dari dia.
well, ternyata saya nggak segagah dan sekeren itu. haha *miris*
selama 3 tahun berproses saya semakin mempertanyakan.
"apa iya saya cinta mati? apa iya ini cinta mati? kok saya masih hidup? ...."
"apa iya saya nggak pernah jatuh hati ke pria lain selain dia selama 3 tahn terakhir ini?"
"apa iya saya nggak pernah selingkuh dari dia?"

......

sampe sekarang saat ngetik postingan ini pun saya nggak tau jawaban dari pertanyaan pertanyaan saya itu. tapi satu hal yang saya tau pasti adalah : I'm Not A Saint.
saya bukan orang suci, pikiran saya nggak murni (seringnya mesum -___-") , tingkah laku saya masih banyak cacatnya. mungkin saat itu saya masih terlalu polos dan naif memandang something called love, sekarang saya rasa sudah cukup banyak pengalaman yang didapatkan dan hal itu jelas mempengaruhi pola pikir dan sudut pandang saya.

sekarang saya mungkin sedang menjalani hubungan tak jelas tak tentu arah dengan my ex-man. tapi saya seneng ngejalaninnya, saya bahagia dan kebahagiaan itu cukup untuk membat saya nggak peduli dengan opini nyinyir orang lain tentang kami. saya nggak mau ngoyo nyari pacar baru supaya bisa melupakan mantan dengan cepat. no no..
saya jalani apa yang ada sambil nunggu yang dateng. c:
ntar juga dateng. toh kriteria saya nggak muluk2 amat. nggak perlu mandang latar belakang agama, suku, dll. if he can treat LOVE well, then he deserve me c:

-cheers-